PERJALANAN RUH SETELAH MANUSIA MENINGGAL DUNIA
Al-Imam
Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya, telah
meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika para
sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk. Sementara para
sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara,
seakan-akan di atas kepala mereka ada burung.
Beliau sedang menanti penggalian kubur seorang yang baru saja meninggal.
Ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di pekuburan,
dituntunkan kepadanya untuk bersikap tenang, diam, hening, dan tidak
mengucapkan dzikir-dzikir dengan suara yang keras. Terlebih lagi
berbicara mengenai urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana yang
seperti ini, hendaknya dia berpikir tentang kematian yang akan menimpa
setiap manusia tanpa terkecuali. Sudahkah dia berbekal diri untuk
menghadapinya. Ini membutuhkan perenungan yang dalam, sehingga
melahirkan keimanan, ketakwaan, dan amal sholeh yang diterima disisi
Allah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan mengucapkan:
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bila seorang yang mukmin menghadap ke alam akhirat dan
meninggalkan alam dunia, turun kepadanya sejumlah malaikat berwajah
putih yang seolah-olah seperti matahari. Mereka membawa sebuah kain
kafan dan minyak wangi dari surga. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh
mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di
dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata:
“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air yang mengucur dari mulut
wadah. Lalu malaikat pencabut nyawa mengambilnya. Nyawanya tidak
dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat pencabut nyawa dan
segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Kemudian
mereka meletakkannya pada kain kafan dan minyak wangi surga yang telah
mereka bawa. Maka nyawanya mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang
paling terbaik di muka bumi. Lalu mereka menyertainya untuk naik ke
langit. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para
malaikat itu akan bertanya: “Siapakah nyawa yang baik ini?” Mereka
menjawab: “Ini adalah Fulan bin
Fulan”, dan disebutkan namanya yang paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.
Tatkala mereka telah sampai membawanya kelangit, mereka meminta agar
pintu langit dibukakan untuknya. Maka dari setiap langit dia diiringi
oleh para penjaganya sampai ke langit berikutnya. Demikianlah yang akan
terjadi hingga dia sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah
berfirman:
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga
‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh
darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan
mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
Kemudian nyawanya dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu datanglah dua
orang malaikat kepadanya. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu? Maka dia
menjawab, Rabbku adalah Allah. Keduanya kembali bertanya, apa agamamu?
Maka dia menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya kembali bertanya,
siapa orang yang telah diutus di tengah kalian ini? Maka dia menjawab,
beliau adalah utusan Allah. Keduanya kembali bertanya, siapakah yang
telah mengajarimu? Maka dia menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman
kepadanya dan membenarkannya.
Kemudian
terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Hambaku ini telah benar.
Bentangkanlah untuknya permadani dari surga dan bukakanlah sebuah pintu
ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya
diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang
bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata,
bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari
yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya,
“Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa
kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si
mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali
kepada keluarga dan hartaku”.
Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Adapun bila seorang yang kafir meninggalkan alam dunia dan menghadap
ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit sejumlah malaikat yang
berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah kain kafan yang buruk dan
kasar. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu
datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat
pencabut nyawa berkata,
“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada kemurkaan dan kemarahan Allah”.
Maka nyawanya tercerai berai di dalam jasadnya. Kemudian malaikat
pencabut nyawa merenggut nyawanya seperti mencabut besi pemanggang
daging dari bulu domba yang basah. Setelah malaikat pencabut nyawa
mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangannya dan
segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam legam tadi. Lalu
mereka meletakkannya pada kain kafan (yang telah mereka bawa) itu.
Sehingga keluarlah dari nyawanya seperti bau yang sangat busuk di atas
muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati
sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah
nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan
disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di
dunia.
Kemudian mereka membawanya naik sampai ke langit dunia
dan dimintakan agar pintu langit di bukakan untuknya. Namun pintu langit
tidak dibukakan untuknya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
“Tidak
akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan
masuk surga sampai onta bisa masuk ke dalam lubang jarum.” (QS.
Al-A’rof: 40)
Selanjutnya Allah Azza wa jalla berfirman,
“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya berada di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.
Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
“Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, Maka dia seolah-olah
jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh
angin ke tempat yang jauh”. (surat Al Hajj:ayat 31)
Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam jasadnya. Maka dua orang
malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya. Keduanya bertanya, “Siapa
Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku tidak tahu”. Keduanya kembali
bertanya, “Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia
menjawab,
“Hah..hah..aku
tidak tahu.” Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit,
“Dia telah berdusta, bentangkanlah untuknya permadani dari api neraka
dan bukakanlah sebuah pintu ke neraka.” Sehingga hawa panas dan racun
neraka pun menerpanya dan kuburnya dipersempit sampai tulang-tulang
rusuknya saling bergeser. Lalu datang kepadanya seorang yang buruk
wajahnya, pakainnya, dan busuk baunya. Orang itu berkata, “Bergembiralah
dengan segala yang akan memperburuk keadanmu. Ini adalah hari yang
dahulu engkau telah dijanjikan.” Maka si kafir bertanya, “Siapakah
engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa keburukan.” Dia
pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk.” Lalu si kafir berkata,
“Wahai Rabbbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat”.
Hadits ini
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam kitabnya
“Ahkamul Janaiz” (hal. 156-157) dan tahqiq beliau terhadap “Syarh Aqidah
Thahawiyyah” (hal. 397-398).
Inilah keadaan seorang yang mukmin dan
seorang yang kafir tatkala meninggalkan alam dunia dan masuk ke dalam
alam akhirat yang dimulai dengan alam barzakh (alam kubur). Wallahu
a’lam bi showab
Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti
urusannya telah selesai. Dia akan mengalami alam kedua yaitu alam
barzakh (alam kubur). Alam ini merupakan pintu masuk ke dalam alam
akhirat
yang
sesungguhnya. Disebut dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah
penutup atau perantara bagi dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam
di antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam barzakh, manusia akan
mengalami berbagai masalah yang menandakan bahwa urusannya belum selesai
dengan semata-mata meninggalkan alam dunia. Saat melewati alam barzakh,
pertama kali yang akan dihadapinya adalah pertanyaan dua malaikat di
dalam kuburnya, sebagaimana di dalam hadits Al Baro` bin ’Azib yang
terdahulu. Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat kebaikan atau
keburukan, akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab pertanyaan
dua malaikat itu.
Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, jasad
manusia tidak akan mampu untuk menjawabnya. Yang akan menjawabnya adalah
ruh dan jiwa manusia yang telah diisi saat di alam dunia dengan
kebaikan atau keburukan. Adapun seorang yang mukmin niscaya akan
dimudahkan oleh Allah untuk bisa menjawab pertanyaan kubur yaitu tentang
siapa Rabmu, apa agamamu, dan siapa nabimu. Itulah yang Allah maksudkan
dengan firman-Nya:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat.” (Ibrahim: 27)
Di dalam sebuah hadits yang shohih dari sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu , bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seorang hamba yang muslim bila ditanya di dalam kuburnya, niscaya dia
akan bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya muhammad adalah utusan Allah”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”. (HR. Al Bukhari dan
Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang yang mukmin akan mampu
mengucapkan dua kalimat syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan
Rasulullah”, baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Tatkala seorang
hamba menghadapi pertanyaan dua malaikat ini, maka dia akan menjawabnya
sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu di dunia. Oleh sebab itu,
seorang hamba yang berbuat dosa-dosa besar dan tidak bertaubat darinya,
sangat mungkin disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kuburnya,
walaupun dia seorang yang mukmin.
Telah datang sebuah hadits dari
sahabat ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau
bersabda:
“Orang-orang yang berada di dalam dua kubur ini, sungguh
sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena suatu masalah yang
besar. Adapun salah satu dari keduanya, dahulu tidak mau
menjaga diri dari air kencing. Sedangkan yang lain, dahulu biasa berjalan untuk mengadu domba”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan kepada kita sekalian bahwa dua orang yang
disiksa di dalam kuburnya itu dikarenakan dosa-dosa besar. Berarti yang
disiksa oleh Allah di alam kubur bukan karena kekafiran saja tetapi juga
karena dosa-dosa besar.
Nasalullah salamah wal ‘afiah.
Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sebuah pelepah kurma
yang masih basah dan membelahnya menjadi dua bagian. Beliau
meletakkannya di masing-masing dua kubur ini dengan harapan semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala memperingan siksa keduanya, selama pelepah kurma
itu masih basah dan belum kering.
Kita memohon kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, semoga kita dimudahkan untuk menjawab pertanyaan
kubur dan diselamatkan dari siksanya.
Wallahu a’lam bis shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar