“Tuhan Siapa Jodohku?”, Terkadang pertanyaan
semacam ini sering terbersit di benak kita, terlebih ketika kita
menyadari usia yang terus beranjak, dan kita sudah tidak muda lagi.
Hmm…, masalah jodoh memang penuh misteri.., dan hanya Allah yang
mengetahui siapa jodoh kita dan kapan kita akan di pertemukan dengannya.
Tapi yakinlah sahabat, Allah pembuat scenario terbaik, sutradara
terbaik dalam kehidupan ini. Allah sudah menetapkan jodoh kita di Lauh
Mahfudz sana, jauh sebelum kita lahir ke dunia ini. Tugas kita sekarang
adalah meningkatkan ikhtiar. Meningkatkan kualitas diri sehingga Allah
berkenan memberikan kita pasangan yang shaleh/shalehah.
Jodoh
memang penuh misteri, dan terkadang penuh kejutan. Ada yang telah
melalang buana ke berbagai penjuru daerah, ternyata jodohnya adalah
tetangga sendiri, teman sekolah, teman kuliah, teman kantor, teman
organisasi di kampus atau bahkan teman di FB. Ada yang baru ketemu
sekali dan merasa cocok kemudian memutuskan untuk menikah. Ada juga yang
pacaran bertahun-tahun tapi ternyata tidak berjodoh, malah jodohnya
adalah orang yang baru dia temui . Ada yang menikah karena di jodohkan
oleh kedua ortu, di kenalkan oleh teman, atau melalui proses Murabbi
atau Murabbiyah. Ada yang menikah di usia dini, ada juga yang harus
menunggu sampai usia 30/40 tahun. Ada yang pertama kali berinteraksi,
langsung mengetahui bahwa dia jodohnya. Ada pula yang sudah kenal
sebelumnya dan tidak pernah menduga, ternyata berjodoh. Jodoh
benar-benar misteri, apakah kita akan berjodoh dengan orang yang belum
dikenal sebelumnya atau bahkan orang yang sudah kita kenal dan dekat di
sekitar kita. Tinggal kita yang memilih akan menjemput jodoh yang
disertai keberkahan atau tidak. Apapun ikhtiar yang dilakukan, semoga
menuai berkah Allah.Jika di awal jalan menuju pernikahan saja sudah
tidak berkah, maka mungkinkah keberkahan berumah tangga akan terwujud?
Jika sebelum menikah kita telah melakukan hal-hal yang Allah haramkan,
seperti pacaran, atau bahkan melakukan zina, mungkinkah kelak kita
berhak mendapatkan pasangan yang shaleh/shalehah. Bukankah kita sudah
yakin dengan janji-NYA yang tertuang seperti ini dalam ayat cinta-NYA?
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki
yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita
yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik
adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi
mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (QS. An-nuur [24] : 26).
Semoga kita bisa menjaga keberkahan proses dari awal hingga akhir.
Dalam ikhtiar menjemput jodoh, kita harus YAKIN bahwa jodoh kita takkan
pernah tertukar. Kita pun harus menyertakan Allah dalam setiap
mengambil keputusan terkait jodoh ini, selalu istikharah memohon
petunjuk-NYA. Dan yang tak kalah penting, perbanyak amal shalih, semakin
dekat ke Allah dan menjauhi apa-apa yang dilarangNYA. Tidak bermaksiat
ketika proses menjemput jodoh itu berlangsung. Tidak ada jalan berdua
yang akan mendekati zina. Jadi, hal yang paling tepat untuk dilakukan
dalam penantian bertemu dengan jodoh hanyalah memperbaiki diri.
Yakinlah, ketika diri ini sedang berusaha memperbaiki diri, maka ia-pun
yang entah berada di belahan bumi yang mana, yang telah tertulis dalam
kitabNYA, juga sedang berusaha memperbaiki diri. Dan semoga Allah
mempertemukan kita dengannya dalam kondisi keimanan terbaik yang mampu
untuk diusahakan.Ada banyak hal yang bisa kita lakukan dalam
ikhtiar menjemput jodoh. Selain berikhtiar mencari atau meminta
dicarikan pendamping hidup, satu hal yang paling penting adalah
mempersiapkan diri menuju gerbang pernikahan. Bukan, bukan persiapan
hari H resepsi pernikahan yang cuma satu hari yang aku maksudkan di
sini. Tapi, hari-hari setelah hari H: sudah siapkah kita menjadi seorang
suami/istri, sudah siapkah kita menjadi ayah/ibu, sudah siapkah kita
menjadi seorang menantu, sudah siapkah kita menjadi adik/kakak ipar,
sudah siapkah kita menjadi bagian dari keluarga besar suami/istri kita,
dan sudah siapkah kita menjadi seorang tetangga? Dan pertanyaan utama
yang patut dipertanyakan adalah akan dibawa ke mana bahtera rumah tangga
kita nantinya??
Maka, Sahabat, mari kita menunggu saat itu
tiba dengan menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, bukan saja
menyiapkan diri menuju gerbang pernikahan, tapi juga menyibukkan diri
dengan amanah yang saat ini kita emban. Jangan sampai kita focus
menyiapkan diri menuju pernikahan tapi malah menelantarkan apa-apa yang
saat ini Allah amanahkan kepada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar